Rabu, 13 Agustus 2008

MILAD KE-26

Assalamu'alaikum saudaraku semua....hari ini kamis tanggal 14 agustus saya milad yang ke-26.mudah2an di hari milad ini saya tambah sholeh....tambah baik....tambah disayang sama Allah...dimudahkan rejekinya....dan berubah ke arah yang lebih baik....satu lagi.........mudah-mudahan cepat dipertemukan dengan calon istri...amien.
buat ikhwan akhwat semuanya mohon bantuan doanya ya?
syukran.................
wassalamu'alaikum wr.wb.

BAGAIMANA AGAR SHOLAT SAYA KHUSYU’ ?

Pertama-tama harus kita ketahui bahwa Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk khusyuk dalam shalat. Dalam Al-Quran maupun hadis tidak ada satu kalimat pun yang berbentuk fi’il ‘amr (kalimat perintah) tentang khusyuk. Kenapa? Karena Allah Mahatahu bahwa manusia memang mengalami kesulitan untuk bisa khusyuk sekalipun dia itu seorang ulama atau kyai. Memang belum ada pakar tentang khusyuk dalam sejarah intelektual Islam yang benar-benar representatif.

Bahasa Al-Quran menyebut orang yang khusyuk dengan sebutan “Khâsyiûn” firman Allah : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS Al-Mu’minûn[23]:1-2)

Bentuk kata Khosyi’un, adalah bentuk Fa’il, bukan kata perintah tetapi semacam prize (penghargaan luar biasa) bahwa Anda termasuk orang-orang khusyuk. Karena itu anda sebagai fa’il, atau pelaku khusyu’.
Cukup menarik apa pernah diungkapkan oleh Syaikh ibn Atha’illah Al-Sakandari, pengarang kitab Al-Hikam. Beliau mengatakan, “Jika Anda ingin shalat khusyuk lalu Anda berusaha sekuat tenaga untuk khusyuk, Anda malah tidak bisa khusyuk.”

Inilah bukti jika seseorang yang sedang shalat dikhusyuk-khusyukkan, apalagi dadanya ditekan-tekan untuk khusyuk akhirnya malah tidak bisa khusyuk. Kenapa? Karena keinginan Anda untuk khusyuk itu merupakan bagian dari hawa nafsu. Hawa nafsu untuk ingin khusyuk, oleh sebab itu Anda malah terhalang dari khusyuk itu sendiri.

Lalu bagaimana caranya khusyuk? Beliau melanjutkan: “Caranya khusyuk, yaitu ketika Anda menyadari bahwa shalat Anda tidak khusyuk itu adalah Takdir dari Allah. Terimalah takdir Allah saat itu bahwa Anda tidak atau belum ditakdirkan khusyuk. ” Ya Allah, aku terima bahwa saat ini aku belum bisa khusyuk.” Kelak anda dihantar khusyu’ oleh Allah. Jadi Al-khusyuk itu lebih semacam sebagai al-ahwâl itu sendiri Apakah Ahwal itu?
Jika disebut: Laa haula wala Quwwata Illa Billah. Artinya, Tidak ada kekuatan secara batin dan kekuatan lahir kecuali bersama Allah. Karena dari kalimat haulun ini berkembang jamaknya menjadi ahwâl. Ini adalah kondisi ruhaniah, ketika kita khusyuk, masuklah di dalam ahwâl al-qalb, karena itu merupakan gerak gerik qalbu kita.

Khusyuk itu tentu bersemayam di dalam hati, bukan dalam tingkah laku. Jika Anda berjalan dengan menekuk leher anda, menunduk, itu tidak bisa dibilang bahwa anda orang yang khusyuk. Dulu ada seorang pemuda yang seperti itu, lalu dibentak oleh Sayyidina Umar r.a, “Hai fulan khusyuk itu bukan di situ, (khusyuk itu di dada Anda).

Elemen Khusyu’
Jadi, khusyuk itu membutuhkan elemen-elemen yang mendukung. Dukungan khusyuk itu antara lain al-Khudhu’. Khudhu’ artinya ketundukan hati kepada Allah. Orang khusyuk juga harus mempunyai perasaan al-tawakkul (kepasrahan). Tawakkul artinya ketika kita shalat, zikir menghadap Allah, mestinya hati kita juga harus pasrah menghadap kepada Allah. Jiwa anda, bagaikan sajadah yang anda gelar. “Ya Allah, inilah saya, apa adanya, kupasrahkan lahir batin saya ke[padaMu…”.

Anda, jangan menghadap Allah, seperti orang yang mengajukan proposal. “Ya Allah, sudah sekian tahun saya sujud, zikir, wirid, tahajud, maka saya mohon dipenuhi permintaan saya….”

Pada saat itu seseorang merasa menutupi kelemahannya. Dia melebih-lebihkan dirinya, padahal Allah itu butuh as-sidqu, (kejujuran hati), bukan kejujuran mulut. Allah Mahasenang kepada orang-orang yang jujur di hadapan-Nya. “Ya Allah, saya ini lebih banyak jeleknya daripada baiknya….” Allah lebih senang pada orang seperti itu, daripada yang mengatakan, “Ya Allah, saya sudah melakukan ini, dan itu… namun doa saya belum juga dikabulkan….” Lebih baik bicara apa adanya kepada Allah. Itulah antara lain usaha untuk khusyuk.

Selanjutnya, dalam Al-Quran disebutkan:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah” (QS Al-Hadîd [57]:16)
Dzikrullah, merupakan elemen utama dalam Khusyuk. Dzikrullah di situ secara spesifik disebutkan sebagai mata uang dengan dua sisi, yaitu khusyuk dan zikrullah. Karena itu sejumlah ulama kemudian membangun satu metode bagaimana agar seseorang bisa khusyuk. Ada yang mengatakan, jika Anda ingin shalat khusyuk, ingatlah makna-makna di dalam shalat.

Lalu, bagaimana jika seseorang tidak mengetahui maknanya apakah dia bisa shalat khusyuk?
Saya ingin sedikit memberi solusi yang sedikit berbau filosofis tentang khusyuk. Ada seorang ulama sufi menegaskan, jika Anda ingin khusyuk, seluruh bacaan yang Anda baca itu, Anda maknai Allah…Allah…Allah… semua, bukan makna yang lainnya. Jadi, Basamalah pun, artinya “Allah”.

Sayyida Utsman bin Affan r.a. pernah meriwayatkan satu hadis. Rasulullah ditanya oleh sahabat Nabi di dalam satu forum, “Kalau Al-Quran itu bukan makhluk, lalu apakah huruf hijaiyah itu makhluk?” Dijawab oleh Rasulullah: La, Huruf Hijaiyah itu bukan makhluk; Alif, Baa’, Taa’ sampai Ya’ itu juga bukan makhluk, Rasulullah melanjutkan: Alif itu asma Allah, ta’ juga asma Allah, sampai ya’ itu Asma Allah. Jadi Asmâul husna yang 99 itu sebenarnya kalau dalam struktur organisasi itu semacam Dewan Pengurus Pusat (DPP-nya) Asmaul Husna. Sedangkan di atas DPP-nya itu adalah Huruf Hijaiyah. Ini semacam kunci bahwa Allah benar-benar menyertai dan mengawal apa pun bentuk ucapan, wacana, kata, dan huruf.

Karena itu, seorang sufi mengomentari hadis tersebut: Jika Anda bicara, menulis, berucap, berucaplah yang baik, karena Anda menggunakan Nama-nama Allah untuk menyampaikan kata-kata Anda. Anda yang memaki orang, berbicara jorok, berarti menggunakan Nama Allah untuk ucapan kotor. Jika Nama-nama Allah dipakai untuk hal-hal seperti itu, awal dosa mulai tercatat, karena kita memanipulasi Nama-nama Tuhan untuk kepentingan hawa nafsu kita, produknya adalah kalimat yang jorok, misalnya.

Oleh sebab itu, ulama sufi itu melanjutkan, jika Anda ingin shalat khusyuk, maka ketika membaca Basmalah (bismillahirrahmanirrahim), jika artinya “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”, hanyalah arti menurut “pikiran kita,” tapi menurut akal kita, Basmalah itu artinya tidak demikian. Basmalah itu sesungguhnya, merupakan kristalisasi dari seluruh Nama-nama Allah. Semua Nama-nama Allah mengerucut, bermuara, satu ke arah Al-Rahmân, satu ke arah lagi ke Al-Rahîm. Al-Rahmân yang disebut sebagai kristalisai dari Asma’ Jalaliyah-Nya, sedangkan al-Rahîm untuk asma Jamaliyah. Kedua nama ini masuk dalam Asma yang disebut ism al-a ‘dham, yaitu “Allah.”

Bukan Perantara
Ada satu hal yang harus disadari, bahwa shalat itu bukan sebagai suatu perantara menuju Allah. Shalat itu menjalankan perintah, jangan dianggap shalat itu sebagai syariat atau jalan, jadi kalau kita sudah sampai kita tidak usah shalat. Itu merupakan jebakan filosofis. Shalat itu menjalankan perintah, yaitu perintah Allah kepada kita sebagai hamba Allah. Jika kita bukan hamba Allah, kita tidak menjalankan perintah-perintah-Nya. Jadi inilah esensi khusyuk, dengan elemen tunduknya hati, kepasrahan, kejujuran hati dan mengetuk hati dengan nama Allah, menghantar kita untuk khusyuk.

Khusyuk itu sebagai wujud anugerah dari ahwâl al-qalb, gerak-gerik hati, amaliah qalbu kita. Khusyuk tidak hanya ketika kita shalat, namun ketika kita melakukan aktivitas apa saja mestinya hati kita senantiasa berzikir (mengingat) Allah. Ketika bekerja, jangan sampai kita kehilangan Allah. Kita melatih hati, misalnya: mengetik di komputer, pikirannya membaca, akalnya menganalisa, hatinya berbunyi Allah. Tanpa latihan, itu takkan tercapai, bahkan dilatih saja masih sulit, apalagi yang tidak pernah melatih dzikirnya sama sekali.

Bagi para ibu mungkin bisa melatih diri ketika menonton sinetron “sabun” yang sangat dramatis. Ketika menonton tv, pikiran kita melihat ceritanya, namun hati kita bersama Allah. Jika hati kita bersama Allah, ketika ceritanya sedih, kita tak ikut menangis, ketika ceritanya lucu juga tak ikut tertawa.

Di samping mengingat Allah ketika berdiri, juga mengingat Allah ketika duduk, dan bahkan ketika tidur. Bagaimana tidur yang berzikir itu? Yaitu setelah membaca doa-doa tidur, tetap berzikir untuk mengingat Allah (istigfar, subhanAllah, Allah…Allah… dsb) sampai pulas kita tetap berzikir. Jika Allah ingin memberi pahala bagi orang yang berzikir, walaupun Anda ‘ngorok’, akan tetap dihitung oleh Allah, karena pada saat itu hati kita selalu dijaga Allah.

Bahkan menurut cerita dari kitab Syarhul Hikam, ada salah seorang sufi, ketika ia melakukan hubungan suami isteri, tetap berzikir dalam hati. Sufi ini mempunyai putra banyak sekali dan masih kecil-kecil, lalu ada rombongan ulama datang. Putra Syaikh ini lari-lari menuju ayahnya, ayahnya memangkunya, lalu sang anak kecil ini protes: “Ayah saya ini masih ber-‘bunyi’, kenapa Ayah memangku saya? Syaikh ini berkata kepada rombongan ulama: “Itu tadi anak saya, maksudnya ber‘bunyi’ yaitu dadanya berbunyi Allah, Allah.” Salah satu ulama protes: “Wahai Syaikh, kenapa si kecil itu sudah diajari tarekat.” Dijawab oleh Syaikh: “Kata Rasulullah, (Carilah ilmu dari ayunan sampai liang lahat), lebih baik anak saya sejak lahir bahkan dalam kandungan sudah saya ajari zikir. Pertama kali kalimat yang didengar oleh anak saya, ketika lahir di dunia harus nama Allah, anak-anak saya semua dadanya berzikir.” Akhirnya para ulama itu berpikir: “Bagaimana agar mempunyai seorang anak seperti anak Syaikh ini?” Akhirnya Syaikh tersebut menjelaskan: agar anak-anak Anda berzikir semua, maka ketika Anda melakukan hubungan suami istri, Anda harus mempunyai wudhu dan sampai akhir harus berzikir, setelah selesai, langsung mandi dan shalat sunnah. Jika Allah menakdirkan anak itu lahir, insya Allah akan memiliki bahan baku zikir yang luar biasa. SubhanAllah!

Selasa, 12 Agustus 2008

Bingung

bingung mau posting apa ya?

Gimana Sih Biar jadi |Seorang Ikhwan

assalamu'alaikum

gimana ya biar jadi seorang ikhwan??
bimbing saya ya?
syukron..

wassalamu'alaikum

Dikala Ikhwan Harus Memilih 2 Akhwat

ya Rabb...........
hamba bingung akhwat mana yang harus saya pilih sebagai pendamping hidup
akhwat yang satu sudah kerja dan sambil kuliah di PTS....akhwat yang kedua masih kuliah di UNPAD..............
hanya Engkau yang Maha mengetahui apa yang terbaik buat hambannya..
semoga akhwat yang saya pilih nanti.....adalah akhwat yang terbaik menurtMU ya Rabb
amien

Perjuangan Mencari Rejeki Karena Allah

pagi ini saya berangkat kerja dari rumah jam 05.00 WIB
baru berjalan sekitar 10 menit tiba2 hujan lebat....karena nggak bawa mantel akhirnya saya menepi...berteduh diteras toko.
hujan sedikit reda,saya lanjutkan perjalanan...hujan lebat lagi...saya menepi lagi...
jam 05.45 ( waduh.....telat kerja nih ) saya ambil telp dan sms ke boz...."maaf boz saya telat kejebak hujan dan macet" disaat hujan yang lebat ada kecelakaan sebuah mobil box terguling ditengah jalan...hal itu menyebabkan macet yang panjang...
dengan merangkak2 motor saya laju terus dan akhirnya sampe di perusahaan jam 07.00 WIB...:maaf pak satpam saya telat " hanya ucapan itu yang bisa keluar dari mulut saya..karena baju dan celana basah kuyub. "masuk aja pak langsung " kata pak satpam....alhamdulillah akhirnya saya bole masuk walaupun telat 1 jam....
dengan baju yag basah kuyub dan dinginnnnnnnnnnnnnnnnnnn..saya memulai pekerjaan saya....sampai pulang jam 15.00 WIB..
Ya Allah terima kasih Engkau telah memberi kemudahan di hari ini.....demi mencari sesuap nasi....
Betapa besar keagunganMU ya Rabb....
Engkau selalu membimbing hambamu ini untuk bersabar...........
Banyak hal yang bisa saya ambil hikmahnya dari kejadian hari ini
baru kehujanan 1 jam saya sudah mengeluh.....bagaimana dengan saudara-saudara kita yang tidak mempunyai tempat tinggal...selalu kehujanan dan kedinginan setiap musim hujan..
ya Rabb betapa besar nikmat dan rejeki yang Engkau berikan.....maafkan saya yang kadang khilaf mensyukuri nikmatMU ya Rabb..
bimbinglah selalu hambaMu ini ya Rabb...

Minggu, 10 Agustus 2008

Ikhwan nyari gebetan?

Ikhwan nyari gebetan? Gak salah nih? Eit, jangan su’udzon dulu ya. Meski panggilan ikhwan identik dengan cowok pengajian, mereka juga kan manusia. Sama seperti cowok laen. Punya rasa punya hati dan nggak punya antivirus merah jambu. Itu artinya, ikhwan juga bisa kepeleset jatuh hati ama pesona lawan jenisnya. Terutama pada kalangan cewek pengajian yang biasa dijuluki akhwat. Soalnya mereka kan beraktivitas pada dunia yang sama. Dunia dakwah gitu, lho. Wajar dongs!

Bedanya ama cowok laen, cowok pengajian mungkin lebih punya pertimbangan mateng untuk jatuh cintrong. Ciiee, sori bukan narsis lho. So, nyari gebetan di sini bukan berarti nyari gandengan yang bisa diajak kencan atau jalan berduaan. Tapi untuk diajak serius melabuhkan cintanya di jalan yang halal. Loving you, Merit yuk? Enak..enak..enak..!

Nah, kali ini kita mo ngorek informasi dari temen-temen ikhwan seputar komentar tentang Liga Champions, eh tentang akhwat idaman mereka. Informasi berharga nih. Penasaran? Yuk!


Akhwat idaman di mata ikhwan

Ngobrolin soal akhwat nggak bisa lepas dari sikap, karakter, dan aktivitas dakwahnya yang dengan mudah tercium oleh ikhwan. Ada yang lincah kayak bola bekel, ada yang rame mirip Nirina Zubir, ada yang aktif banget sampe nggak terlalu mikirin penampilan yang seadanya, dan lain sebagainya. Pokoknya mah bervariasi banget deh. Tapi, seperti apa sih akhwat yang disukai ikhwan?

Seorang teman dari negeri jiran, Hadi, via FS (Friendster)-nya ngasih komentar: “..perempuan yang aku suka adalah sejuk mata memandang dek terlihat keluhuran akhlaknya menjadi sumber ketenangan jiwa bila hati bergelora”.

Kalo menurut ‘penkhianatyangtelahmusnah (pytm)’ dalam YM(Yahoo Messenger)-nya, “yang jelas ngaji. Masalah pendiem, kalem, jaim, rame itu mah selera. Rame asyik dibawa ngobrol. Kalem asik kayak punya bidadari yang bisa diapain. Hahaha…”

Lain lagi pendapat Zubair, mahasiswa ITB (Kimia) 2002, akhwat yang disukainya adalah yang….”Pandai berkomunikasi dalam bentuk verbal, sehingga dengan modal dasar ini mudah-mudahan setiap masalah yang ada mampu dikomunikasikan dan diselesaikan dengan kepala dingin, bahkan jadi modal yg sangat cukup untuk dakwah”.

Gimana dengan akhwat yang agak agre. Maksute, akhwat yang punya inisiatif berjuang setengah hidup nyari info tentang ikhwan idamannya. Walau diam-diam, tapi aktif tanya sana-sini-situ. Mungkin udah ngebet kali ye ama ikhwan incarannya en takut keburu dicantol ama yang laen. Hehehe….

‘pytm’ dan ‘javanehese2000’ bilang saat chatting, akhwat agre bukan tipe yang disukainya. Lantaran khawatir timbul fitnah bin gosip yang nggak bisa dipertanggungjawabkan. Mereka lebih suka yang kalem. Akhwat banget, gitu lho. Rada pendiem en bisa jaim di tempat umum. Mungkin tipe-tipe akhwat yang nunggu diajuin proposal ama ikhwan gitu deh. Kayak mo tujuh belasan pake ngajuin proposal? Hihihi…

Tapi bagi Zubair, akhwat agre adalah tipe kesukaannya. “…karena kalo orangnya terlalu pendiem, kita nggak tau secara persis keadaan dia kayak gimana, kalo agresif alias ekspresif kan enak tuh, kalo ada masalah ketahuan jadi mungkin kita bisa bantu tolong.” Dengan kata lain, doi nggak gitu nyetel ama akhwat yang kalem, “... soalnya kalo yang kalem susah ditebak isi hatinya”.

Oh ya, untuk tipe agresif meski nggak umum di kalangan akhwat, bukan berarti ‘cela’ lho. Karena Siti Khadijah pun termasuk yang ‘agresif’ hingga berani menawarkan diri kepada Muhammad bin Abdullah setelah terpikat oleh sifat dan karakter beliau.

Oke deh sobat, itu segelintir komentar temen-temen ikhwan tentang tipe akhwat yang disukainya. Yang pasti, mau yang agre ataupun kalem, semuanya sama baiknya selama sholehah. Tinggal pandai-pandainya kita aja mensikapinya. Dan yang nggak kalah pentingnya, akhwat yang bersangkutan suka juga ama kita. Biar nggak bertepuk sebelah tangan. Huehehe...


FBI= Female Bidikan Ikhwan

Sobat, dari komentar ikhwan-ikhwan yang kena todong STUDIA pas ditanya soal akhwat idaman, mereka nangkepnya lagi ditanya soal sosok yang bakal jadi istrinya. Geer banget kan? Tapi wajar aja sih kalo kegeeran, itu kan gejala normal seorang jomblo. Padahal untuk calon istri, mungkin lebih khusus lagi kriterianya. Kayak gimana sih?

Menurut Anas, “Tipe yang Anas suka..tipe yang memang benar-benar pantas jadi istri. Simpel kan? Dia harus bisa jadi benteng pertama dari sisi apapun bagi anak-anaknya..karena (mungkin) tugas suami adalah mencari nafkah (cenderung keluar)..”

Kalo pendapat Zubair, “...Sopan, cukup ekspresif, pandai komunikasi, wajah lumayan cantik, kulitnya putih kalo bisa enn sabar. Bahkan kalo ada sih yang ilmu keislamannya baik + akhlaknya baik, jadi bisa ngingetin kita kalo salah...”

Namun kini, kondisi yang meminta kehadiran wanita di dunia kerja tak bisa dihindari. Ada aja akhwat yang sudah kerja di kantoran, menjadi buruh pabrik, atau pengen kerja meski udah merit. Gimana dengan akhwat model gini?

Kalo buat pytm, “..pengennyah sih punya istri tuh di rumah ajah. Meski bisa dongkrak ekonomi dalam negeri, tapi tetep ajah amanah di rumah lebih gede. Boleh kerja tapi di sekitar rumah. Ga boleh jauh. Trus yang ringan. Jadi guru TK ato apalah...”

Sobat, sosok FBI alias female bidikan ikhwan sepertinya nggak harus punya kelebihan secara fisik, status sosial, suku, status pendidikan, atau dandanan. But, nggak berarti cuek banget, hanya saja bukan prioritas. Itu aja kok. Nggak lebih.


Syakhsiyahmu yang kumau

Bagi bagi seorang ikhwan, mikir-mikir dulu kalo mau menominasikan lawan jenis yang cuma punya kelebihan di penampilan fisik sebagai idaman. Apa pasal?

Pertama, penampilan fisik itu sifatnya sementara. Bakal habis bin pudar dimakan usia atau bisa rusak karena musibah. Kalo kita matok rasa suka bin cinta cuma lantaran fisik, siap-siap aja kehilangan keindahan yang memikat kita itu. Nggak bener-bener cinta tuh kayaknya.

Kedua, lawan jenis yang diidamkan bukan cuma untuk mengisi ruang khayal semata, jadi bahan gosipan di antara teman, atau buat nemenin ke kondangan. Lebih dari itu, akhwat idaman berarti seseorang yang ditargetkan untuk menjadi istri, ibu dari anak-anak, mitra dakwah, sekaligus seorang sahabat dekat yang mengingatkan kala khilaf dan memompa semangat kita saat dirundung musibah. Semua peran itu dilahirkan dari pemahaman Islam dan kedewasaan dalam bersikap pada diri seorang akhwat, bukan dari penampilan fisik. Catet tuh!

Kondisi ini mengingatkan kita pada sebuah hadits: “Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki adalah istri shalilah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatanmu, dirinya, dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang.” (M. Fauzhil Adhim, ‘Kupinang Engkau dengan Hamdallah’)

Nah sobat, sepertinya kepribadian (syakhsiyah) seorang akhwat yang tercermin dalam caranya berpikir dan bersikap sesuai aturan Islam layak jadi ukuran standar bagi kaum Adam untuk memilih istri. Kalo emang bener mo ngebangun rumah tangga yang sakinah mawahdah, wa rohmah. Tapi bukan berarti kita ngelarang kamu pake pertimbangan fisik lho. Silahkan aja kalo mo pake standar ideal: cantik, kaya, sholihah, dan mau ama kita. Tapi kalo kriteria itu nggak ada, cukup asal mau ama kita, sholihah, kaya dan cantik. Yeee...itu mah sama aja atuh!

Ups! Maksute relakanlah predikat sholehah dari seorang wanita yang menerima cinta kita mengalahkan ego kita untuk dapetin yang cantik atau tajir. Yakin deh, selalu ada inner beauty dan kekayaan yang tak ternilai oleh materi pada diri seorang wanita sholehah (pengalaman nih ceritanya, huhuy!). Yes!

Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya semata, boleh jadi kecantikannya itu akan membawa kehancuran. Dan janganlah kalian menikahi wanita karena kekayaannya semata, boleh jadi kekayaannya itu akan menyebabkan kesombongan. Tapi nikahilah wanita itu karena agamanya, sesungguhnya budak wanita yang hitam lagi cacat, tetapi taat beragama adalah lebih baik (daripada wanita kaya dan cantik yang tidak taat beragama).” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi)


Jangan egois donk!

Allah swt berfirman:

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). ..” (QS an-Nûr [24]: 26)

Dari ayat itu, Allah emang Maha Adil. Dia menjanjikan wanita yang baik untuk pria yang baik pula. Sebagaimana layaknya Aisyah r.a. menjadi istri Nabi saw. Pria yang tidak baik untuk wanita yang tidak baik pula. Itu berarti kalo pengen dapetin akhwat yang sholehah, kita juga kudu sholeh dong. Jangan cuma mikirin keinginan diri sendiri. Nggak adil tuh. Mengidamkan akhwat yang baik tapi kitanya sendiri jeblok. Karena kaum hawa juga berhak mendapatkan tipe-tipe primus alias pria mushola yang sholeh. Tul nggak sih?

Makanya kita jangan egois. Kita juga punya kewajiban yang sama seperti kaum Hawa untuk memoles kepribadian dan menghiasinya dengan akhlak Islam. Percaya deh, syakhsiyah Islam akan membantu kita untuk lebih bijak dalam mensikapi hidup. Kita jadi punya standar untuk berbuat atau menilai suatu perbuatan. Termasuk dalam memilih istri. Nggak asal nunjuk. Trus, di mana kita bisa dapetin syakhsiyah Islamiyah?

Yang pasti, syakhsiyah Islam nggak dijual bebas di pinggiran jalan, klub malem, pub, atau diskotek. Tapi kita bisa dengan mudah dapetinnya di forum-forum pengajian. Yup, di tempat pengajian kita diperkenalkan lebih dalam dengan Islam dan aturan hidupnya yang sempurna dan cocok buat kita. Ini yang bisa menjadi benih tumbuhnya syakhsiyah Islamiyah. Perlu perawatan yang rutin dengan getol mengkaji Islam jika kita ingin pertumbuhannya sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan dibubuhi pupuk keikhlasan semata-mata ingin dapetin ridha Allah (bukan cuma pengen dapet calon istri solihah.. ehm..), syaksiyah Islam akan mengantarkan kita pada predikat kemuliaan. Di hadapan manusia, dan yang menciptakan manusia. Bukankah ini yang kita harapkan?
So, jangan tunggu hari esok. Mari kita sama-sama menjadi bagian dari generasi anak ngaji (Ngaji Generation). Membentuk syakhsiyah pada diri kita dan menanamkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia). Sekaligus memperkuat barisan perjuangan untuk memuliakan diri kita, Islam, dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Moga-moga Allah masukin kita dalam daftar orang-orang yang berhak dapetin pasangan hidup yang sholeh/sholehah. Mau dong? Yuuuk!